Saya suka Juni,,,



Semilir angin di awal pagi mengantarkan dingin yang wangi. Berhembus perlahan ke dalam hati. Bening embun shubuh, masih tersisa di beberapa pucuk dedaunan. Aroma tanah basah, hijau tembakau, bunyi air dari timba para petani menambah Juni semakin cantik.

Saya menikmati suasana indah kampung. Berharap mampu meredakan galau di dada. Tetapi sejauh apapun berusaha, maka sejauh itu pula saya gagal. Galau seolah menjadi aliran darah. Deru nafas dan detak nadi.

Matahari seubun-ubun. Panasnya bercerita tentang kepedihan. Saya menikmatinya di jalanan. Mencoba menepis segala gundah dengan si kupu-kupu rindu. Jalanan menjadi teman paling asyik saat galau. Lalu,,, berhenti sejenak untuk Sholat dhuhur di salah satu masjid di selatan kota. Guyuran air wudhu mampu menepis segala resah. Dalam sujud yang panjang. saya hatur segala kegalauan ini padaNYA.

Tak ada kata terucap dalam doa.
Hanya air mata.
Tapi saya yakin DIA Maha Memahami segala bahasa hati.

“Semangat sholat Dhuhur... don’t forget to lunch on time. Keep spirit and smile.. ^_^”

Sebentuk kepedulian. Sebaris semangat untuk tersenyum. Saya seolah mendengar bisiknya yang lembut. “Badai pasti berlalu… tak perlu ragu untuk terus maju”. Tentu. Sebab apa lagi yang harus saya toleh ke belakang. "Hidup itu bergerak. berhenti, berarti mati." Sebaris kalimat sakti dari Iqbal itu juga menjadi salah satu pengobar semangat dalam dada.

Saya menghela nafas panjang. Meski agak sesak. Tapi tak mungkin saya terus menerus berada dalam labirin waktu yang pilu ini. saya harus beranjak. Kembali menyusuri jalanan dengan si kupu-kupu rindu. Sebelum senja hadir saya harus sampai di rumah. Tak perlu menghabiskan waktu di jalanan lagi.

lalu senjapun hadir seiring takdir. Memanggil-manggil dengan ronanya yang menyihir.
Senja yang cantik. Semakin cantik dengan pesan pendek yang cantik.

- Kenapa betah mendekap luka di luar? Tidakkah ingin berterus terang minta ijin untuk ke dalam? Ada bilik hati yang selalu mendzikirkan rindu padamu. Insya allah, ia sanggup mengobati lukamu.
+ Tidak. Aku takut salah menafsir isi hati.
- Kau tidak salah.
+ Bagaimana mungkin aku tahu kalau tak pernah dikatakannya?
- Karena tidak setiap hal butuh kata
+ Lalu siapa pemilik hati itu?
- Aku

Saya terdiam. Perlahan gerimis. Haru. Semburat rona senja di awal musim memamerkan wangi. Seperti hatinya yang wangi bismillah. Saya suka Juni… apalagi sembari menyelami lagu “Pengembara” dari Ar-Royyan.

Semakin jauh jarak perjalanan diri hamba
Seribu macam cobaan mewarnai ruang dan masa
Ada kalanya hati merasa tak berdaya
Disaat raga gundah lalui ujian dunia

Hidup bahagia jadi impian namun kenyataan selalu berbeda
Berusaha dan berjuang,,
serta berdoa…

Ya ilahi hamba berserah diri saat hati teruji
Tunjukkanlah jalan yang tlah kau beri
Kuatkan iman kami

Jagalah hamba dari fitnah dan dengki
Iri hati dan sombong diri
Langkah kami tak lepas dari imanmu ilahi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar